Laman

Tampilkan postingan dengan label Makanan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Makanan. Tampilkan semua postingan

Rabu, 02 September 2015

Kupang Keraton Pasuruan




Sebelumnya mungkin beberapa dari anda belum tahu apa itu Kupang Lontong. Kupang adalah hewan yang hidup hanya dilaut, warna tubuhnya coklat agak pucat. Kalau dalam kondisi sudah dimasak maka pada bagian kepalanya berwarna hitam.
Di Jawa Timur penangkapan kupang ini bisa ditemui di daerah pesisir utara antara lain di pantai Surabaya, Sidoarjo, dan Pasuruan. Kupang yang diolah menjadi sebuah makanan yang khas yang hanya bisa ditemui di sekitar daerah penangkapannya.
Cara memasak kupang juga sangat mudah, hanya dicuci bersih, direbus dengan air sampai matang. Masyarakat Jawa Timur lebih akrab menyebut kuliner ini dengan “kupang lontong”.
Kupang lontong disajikan dengan kuah, dan bumbu yang digunakan berupa: bawang putih yang diiris tipis-tipis (digoreng), cabe, dan petis (salad hitam yang terbuat dari udang). Bumbu tersebut dicampur kemudian digerus dengan sendok diatas piring yang akan disajikan.
Sesudah digerus maka campuran tersebut akan diencerkan dengan membubuhi sedikit kuah rebusan kupang, di tambahkan irisan lontong diatasnya kemudian ditambah dengan lentho (campuran singkong parut, kacang tolo, kelapa parut, dan bumbu berupa bawang putih, ketumbar, garam, gula).
Kupang yang sudah direbus matang selanjutnya disiramkan diatasnya beserta kuahnya. Untuk finishing touch-nya ditaburi dengan bawang goreng.
Kupang ini akan lebih lengkap apabila disantap dengan sate kerang. Sate kerang yang dikukus dan ditusuk dengan lidi bambu.
Untuk urusan rasa tidak perlu diragukan, ueeeeenak tenaaan. Kuahnya bener-bener cakep sekali, apalagi irisan bawang goreng tadi menambah tusukan rasanya. Gerusan cabe merah tadi juga senantiasa mengelitik lidah Sementara ketika saya tambahkan perasan air jeruk nipis, rasa fresh tiba-tiba menyeruak di lidah. Benar-benar kombinasi rasa yang serasi.

Sumber : Di sini

Budaya Daerah Pasuruan




Ada lima versi cerita populer yang berkembang di masyarakat tentang asal usul Reog dan Warok, namun salah satu cerita yang paling terkenal adalah cerita tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bhre Kertabhumi, Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari pihak istri raja Majapahit yang berasal dari Tiongkok, selain itu juga murka kepada rajanya dalam pemerintahan yang korup, ia pun melihat bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit akan berakhir. Ia lalu meninggalkan sang raja dan mendirikan perguruan di mana ia mengajar seni bela diri kepada anak-anak muda, ilmu kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan dengan harapan bahwa anak-anak muda ini akan menjadi bibit dari kebangkitan kerajaan Majapahit kembali. Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan maka pesan politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan "sindiran" kepada Raja Kertabhumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog.